

Salah satu teori mengatakan Islam dibawa oleh utusan Syarif Makkah dari Arab pada abad ke-7 M, sementara teori lain menyebut Islam dibawa oleh para pedagang dari India, Gujarat, Persia, atau Cina. Perdebatan tersebut melibatkan para Sarjana dari dalam dan luar negeri, seperti Snouck Hurgronje, Syed Naquib al-Attas, A.Hasimy, Azyumardi Azra, Hamka, Uka Tjandrasasmita, dan sebagainya. Terdapat perdebatan mengenai kapan dan siapa yang membawa Islam ke kawasan Asia Tenggara. Catatan menunjukkan, masyarakat Asia Tenggara telah menjalin hubungan dengan Saudi Arabia, jauh sebelum kedatangan Islam. Jalur Sutra yang melewati kawasan ini membuat arus perniagaan berkembang pesat. Proceding 7th Metro International Conference On Islamic Studies (MICIS) │īerbagai kebudayaan. Asia Tenggara adalah melting pot, tempat pertemuan Islamisasi sejarah awal dan perkembangan Islam di Asia Tenggara tidak dapat dilepaskan dari hubungan kawasan ini dengan dunia luar, seperti Arab, Persia, India dan Cina.

Orientalis dan kolonialis menciptakan berbagai distorsi tentang Islam yang dalam kajian para orientalis paradigma itu justru terus diabadikan. Kehadiran kolonialisme di kawasan ini turut bertanggung jawab atas terciptanya pandangan tersebut. Pada awalnya, banyak kajian Islam cenderung menafikan keberadaan Islam di kawasan Asia Tenggara.Anggapan itu mendapat kritik dari banyak Sarjana, baik sarjana Barat maupun Asia Tenggara. Daya tarik Islam Asia Tenggara tidak sekadar tempat bagi agama besar dunia–Islam, Buddha, Kristen, dan Hindu tetapi juga penyebarannya sedemikian rupa sehingga ikatan-ikatan yang mempersatukan pengikutnya dapat mengaburkan sekaligus menegaskan batas-batas perbedaan politis dan teritorial. Ekspresi Islam di Asia Tenggara tampil dengan karakteristik khas yang tidak bisa ditemui di kawasan-kawasan dunia Islam yang lain. Negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar tidak terdapat di Timur Tengah, tetapi di wilayah ini. Asia Tenggara secara geografis terletak di pinggiran dunia Islam, walaupun Islam di Asia Tenggara sama sekali bukan tradisi pinggiran dalam sejarah peradaban Islam. Adakah watak “khas” pada Islam Asia Tenggara berbeda dengan di wilayah-wilayah lain? Unsur-unsur apakah yang mewarnai corak Islam Asia Tenggara, sehingga mampu tampil lebih dinamis dan dan toleran terhadap berbagai perbedaan yang ada. Tidak mengherankan bila dunia Islam belakangan lebih menaruh harapan pada Islam di wilayah ini akan perannya dalam mendorong kebangkitan kembali peradaban Islam di era modern. Dengan “kecerdikan” masingmasing, Islam dan pemeluknya di kedua negara ini terus menunjukkan kreativitasnya yang tinggi dalam menjawab tantangan modernitas, tanpa harus kehilangan watak kepribumian mereka. Kondisi Islam dan kaum Muslim di Indonesia dan Malaysia kiranya dapat dijadikan contoh dalam hal ini. Sebaliknya Islam Asia Tengara, justru menampakkan suasana jauh berbeda, lebih hangat dan dinamis karena kuatnya kultur moderasi yang mendasarinya. Bagaimana peradaban Islam bisa bangkit kembali di kawasan ini, bila masa depan warganya sendiri juga tidak jelas.


Perang menyebabkan rusaknya tidak saja rumah-rumah penduduk, masjid, rumah sakit, madrasah, dan museum, tetapi juga sendi-sendi kehidupan yang menyatukan umat-bangsa juga ikut remuk. Selain Wilayah Mekah-Madinah, generasi Muslim masa depan kemungkinan akan kesulitan mengenali kejayaan dan kebesaran kota Baghdad di Irak, Tripoli di Libanon, Mosul dan Allepo di Syria, dan beberapa kota lain di Timur Tengah disebabkan oleh perang terus berkecamuk di wilayah ini. Diwilayah Timur Tengah dan sekitarnya, Islam dan umatnya terkesan terlalu gersang bagi bersemainya kembali benih-benih peradaban Islam yang agung di masa lalu. (Kontribusi dalam Membangun Perdamaian Kawasan dan Harmoni Agama) Membaca Islam di wilayah-wilayah tradisionalnya di Timur Tengah dan sekitarnya maka akan tampak adanya perbedaan watak yang menyolok dibandingkan dengan Islam di wilayah pinggiran Asia Tenggara. ISBN : 97-24-7 Penerbit Pascasarjana IAIN Metro Lampung 2017 Bekerjasama dengan CV.Anugrah Utama Raharja Thobibatussa’adah, M.Ag Tim Editor Dharma Setyawan, M.A PROCEEDING 7th METRO INTERNATIONAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES (MICIS) The Southeast Asia Islam: Its Contribution in Developing Regional Peace and Religius Harmony Aula IAIN Metro, 12-13 Agustus 2017 POST-GRADUATE STATE INSTITUTE FOR ISLAMIC STUDIES METRO LAMPUNG The Southeast Asia Islam: Its Contribution in Developing Regional Peace and Religius Harmony Metro, August 12-13Th 2017 PROCEEDING 7th METRO INTERNATIONAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES
